Bersemayam dalam dentuman waktu, tapi bukan bersembunyi
Tidak juga berhimpun dengan menunggu.
Sebab hadir adalah kenyataan,
sebagaimana alam mereguk setiap tetesan air dalam dermaga samudera,
atau lainnya.
Ya, inilah kenyataan.
Bahwa kaki ini telah lama berjejak,
bahwa tangan sudah lama menggenggam,
atau bola mata yang tak pernah diam menakjubi,
telinga yang enggan tersumpal mendengarkan,
atau sekedar berbisik lidah yang kelu.
Lalu mengapa diam?